Sumber: wonderfulfamily.id
Pengalaman menulis
tentu diawali dari pengalaman membaca. Ketika saya bisa mengetik kata demi kata
di keyboard tentu ada sejarah panjang
di belakangnya. Waktu itu sekitar tahun 1987, saya dan kakak saya menjadi
tukang loper koran Wawasan untuk mencari tambahan uang saku. Saya masih duduk
di bangku SD waktu itu. Selain mendapat tambahan uang, menjadi tukang loper
koran juga memperoleh tambahan ilmu pengetahuan secara gratis. Saya masih ingat
dengan persis setiap hari kami berebut membaca koran Wawasan. Berawal dari
membaca koran Wawasan tersebut hobi membaca saya dimulai.
Terinspirasi dari Wartawan
Sumber
: blog.penerbitlokamedia.com
Banyak agen Koran dan
wartawan yang sering berkunjung ke rumah. Mereka bercerita tentang
pengalamannya menulis dan meliput berita. Bahkan mereka bisa mewawancarai
orang-orang terkenal yang biasa tampil di televisi. Nah, cerita pengalaman
seperti ini yang memberikan inspirasi bagi saya dan memotivasi saya untuk bisa
menulis seperti mereka.
Hobi membaca koran Wawasan
tidak langsung membuat saya bisa menulis. Alhamdulillah, saya punya paman yang
mau membimbing saya dengan sabar. Beliau berpesan, “Kalau ingin bisa menulis ya
harus banyak baca”. Karena tidak mempunyai uang untuk membeli buku dan
berlangganan majalah, saya sering berkunjung ke tetangga saya. Kebetulan
anaknya adalah teman sekelas semasa SD. Dia berlangganan majalah Bobo. Saya
suka sekali membacanya. Kadang saya pinjam Bobo edisi lama 5 sampai 10 majalah
dan saya bawa pulang untuk dibaca sambil menanti majalah Bobo yang baru.
Saya mempunyai paman
yang suka membaca dan menulis yang tinggal bersama kami. Akhirnya sedikit demi
sedikit saya bisa mengarang dengan teknik yang diajarkan paman saya. Dan ketika
kelas 4 SD, wali kelas saya pada waktu itu menunjuk saya untuk mewakili sekolah
mengikuti lomba mengarang di tingkat kecamatan. Walaupun belum juara 1 cukup
menyemangati saya untuk belajar menulis lebih giat lagi.
Bergabung dalam Komunitas Membaca dan Menulis di Kampus
Ketika menjadi
mahasiswa saya bergabung dalam sebuah komunitas yaitu Reading and Writing Society. Di komunitas inilah saya kembali
tersemangati untuk membaca banyak buku dan kemudian menuliskannya dengan bahasa
saya sendiri dan kemudian mempresentasikan hasil review terhadap buku yang
dibaca kepada teman-teman yang lain. Kebiasaan membaca dan menulis membuat saya
lebih mudah dalam mengerjakan skripsi saya. Sehingga dengan pertolongan Allah
skripsi saya yang berjudul “The
Biographical Approach of House of Seven Gables” 2 bulan selesai saya
kerjakan.
Setelah lulus kuliah
dan menikah saya diterima sebagai PNS di Wonosobo Jawa Tengah. Di kota inilah
kesempatan menulis kembali muncul. Awalnya saya sering menulis di buletin
sebuah organisasi yang bernama Persaudaraan Muslimah (Salimah). Kebetulan saya
menjadi pengurus di bidang humas dan media. Kemudian buletin tersebut saya
bagi-bagi ke teman kantor. Saya cari sponsor untuk membiayai ongkos cetak buletin.
Fokus tulisan adalah mengenai perempuan, anak dan keluarga.
Awal Mula Membimbing Ekstrakurikuler Jurnalistik
Sumber
: bangsyaiha.com
Mungkin karena kepala
sekolah melihat saya sering menulis saya diberi amanah untuk mengampu
ekstrakurikuler Jurnalistik. Saya sebenarnya buta dengan kepenulisan
jurnalistik. Dari situlah saya kemudian mengundang wartawan untuk mengisi
workshop tentang jurnalistik.
Saya dan murid-murid mendapatkan
banyak materi tentang straight news,
feature news dan opini dari seorang wartawan. Saya kemudian mencoba membuat
beberapa tulisan dan mengirimkan ke beberapa lomba. Alhamdulillah meraih Juara
3 Lomba Menulis Artikel tingkat Kabupaten dan Juara 3 Lomba Menulis Essay
tingkat Propinsi.
Dengan sedikit
pengalaman menulis tersebut saya membimbing siswa yang ikut ekstrakurikuler
Jurnalistik dan Photografi di sekolah. Kami di tim Jurnalistik membuat buletin
sekolah sebagai wadah untuk menyalurkan bakat dan minat di dunia kepenulisan.
Saya juga sambil belajar terutama masalah ejaan yang masih amburadul. Biasanya
saya meminta bantuan guru bahasa Indonesia untuk mengoreksi.
Dari buletin yang
dibuat kami beranikan untuk mengikuti lomba karya jurnalistik. Alhamdulillah
beberapa kali mendapat juara. Prestasi dari tim jurnalistik di tingkat nasional
sampai sekarang diantaranya Juara 2 lomba jurnalistik (Medali Perak) tahun 2014
di Jogjakarta dan Juara 3 Lomba Jurnalistik (Medali Perunggu) tahun 2015 di
Solo serta Juara 2 (Medali Perak) Lomba Penelitian Siswa Nasional tahun 2017 di
Jakarta.
Untuk prestasi tingkat
provinsi yaitu Juara 1 lomba karya tulis ilmiah tingkat kabupaten tentang
sanitasi dan maju tingkat propinsi tahun
2014 dan Juara 1 Lomba Penelitian Siswa Nasional tahun 2017 serta Juara 1 Lomba
Karya Ilmiah Remaja tahun 2017.
Sedangkan untuk tingkat
kabupaten diantaranya Juara 2 lomba penulisan berita tahun 2014, Juara 3 lomba
fotografi tahun 2014, Juara 1 Lomba Jurnalistik tahun 2016, Juara 1 Lomba
Photografi tahun 2016, Juara 1 Lomba Mading Digital Tema Anti Narkoba tahun
2016, Juara 1 Lomba Mading Digital Tema Generasi Berencana tahun 2016, Juara 2
Lomba Writing Contest Jenis Recount text tahun 2016 dan Juara Harapan 2 Writing text tahun 2018. Lomba-lomba seperti ini ternyata semakin memotivasi
diri dalam dunia tulis menulis.
Dari prestasi tim
jurnalistik di sekolah kami tersebut ternyata mendapat apresiasi dari
pemerintah kabupaten Wonosobo melalui beberapa penghargaan berupa piagam dan sejumlah
uang. Penghargaan yang pernah kami
terima diantaranya: Penghargaan kepada tim Jurnalistik dari Bupati Wonosobo
tahun 2014, dari ketua DPRD Wonosobo tahun 2014, dari Gubernur Jawa Tengah
tahun 2015 dan dari ketua DPRD Wonosobo tahun 2015.
Akan tetapi, sejak
tahun 2016 kami sangat bersedih karena Lomba Karya Jurnalistik Nasional
dihilangkan karena kendala pendanaan. Bahkan bulletin sekolah juga tidak terbit
dengan alasan pungutan liar. Karena kami membagi bulletin tidak gratis. Siswa
diminta mengganti ongkos cetak. Hal Itu membuat siswa saya tidak semangat lagi
untuk menulis. Saya terus memotivasi mereka agar tetap semangat menulis
walaupun tidak ada lomba. Tapi semakin lama siswa yang ikut ekstra jurnalistik
semakin berkurang.
Akhirnya saya bersama
tim pendidikan karakter di sekolah membuat program tentang literasi. Seluruh
siswa setiap hari Jumat diminta bawa buku dan diwajibkan membaca buku selama
setengah jam kemudian menuliskan isi buku yang dibaca dalam buku khusus. Bahkan
guru-guru juga dilombakan untuk membuat resensi buku dari buku yang dibaca.
Alhamdulillah, saya mendapat juara 1 lomba menulis resensi buku. Semangat
menulis kembali menggelora.
Sebagai guru tuntutan
untuk menulis di beberapa tahun terakhir ini juga sangat didengung-dengungkan
oleh pemerintah. Setelah mengikuti pelatihan penyusunan Penelitian Tindakan
Kelas yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten, saya termotivasi untuk menulis
PTK. Saya mencoba membuat PTK dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara dan
Prestasi Belajar Bahasa Inggris melalui Model Two Stay Two Stray Kelas VIIB SMP Negeri 2 Selomerto Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016”. Dan Alhamdulillah berhasil diseminarkan di depan
rekan guru satu sekolah dan mengundang beberapa guru dari luar. Rasanya lega
luar biasa ketika tulisan kita mendapat apresiasi dari orang lain. Kemudian
tulisan tersebut saya kirim ke penerbit jurnal. Alhamdulillah masuk di Jurnal
Ilmiah tingkat provinsi yang sudah mempunyai ISBN.
Selain itu artikel
saya juga pernah dimuat di majalah GOW Kabupaten
Wonosobo dengan judul “Dengan Penerapan MIOnKlok Ibu Mampu Mencetak Generasi
Penentu Peradaban di Era Digital” dan essay saya dimuat di majalah Salimah
dengan judul “Mahalnya Waktu Orang Tua untuk Anak”. Selain menulis artikel saya
belajar menulis buku dan sudah dicetak tahun 2016 dengan judul English
For Children. Tapi saya merasa belum puas, saya masih ingin belajar menulis
dari berbagai pelatihan untuk memperindah tulisan saya. Saya masih iri dengan
tulisan para penulis yang sangat indah dalam memilih kosakata. Saya masih jauh
ketinggalan tentang kohesi dan koherensi dari sebuah tulisan.
KMO Sebagai Kawah Candradimuka
Sumber
: youtube.com
Di tahun 2017
alhamdulillah saya melanjutkan studi S2 dan lulus dengan predikat Lulusan
terbaik dan cumlaude. Judul Thesis yang saya ambil “The Effect of Concept Mapping
in Improving Reading Comprehension Viewed From Student’s Motivation (An
Experimental Study in the Ninth Grade of State Junior High School 2 Selomerto,
Wonosobo in the First Semester of Academic Year 2016/ 2017. Pengalaman
menulis thesis sungguh menjadi cambuk bagi saya dalam menulis. Dosen Pembimbing
banyak mengajarkan tentang cara menulis yang benar agar enak dibaca.
Nah setelah lulus S2,
saya merasa harus mempunyai sebuah komunitas menulis. Saya melihat iklan di
facebook tentang Komunitas Menulis Online (KMO). Saya sangat senang melihat
instruktur yang akan melatih adalah penulis idola saya yaitu Pak Cahyadi
Takariawan dan Bu Ida. Ketika masih tinggal di Yogyakarta saya sering mengikuti
seminar dan pelatihan yang diisi beliau. Langsung saja saya daftar KMO.
Sungguh saya sangat
beruntung mengikuti KMO karena saya merasa menemukan komunitas yang selama ini
saya cari. Dengan ikut KMO kita diberi berbagai materi tentang kepenulisan.
Kita bisa menyimak video tentang motivasi menulis dan tata cara kepenulisan
hingga membuat menulis semudah bernafas. Setelah itu kita diberi tugas untuk
menulis satu paragraf. Kemudian kita kirim via email dan dikoreksi oleh
narasumber. Narasumber memberi masukan terhadap tulisan kita dan kita diminta
merevisi tulisan kita baik ejaan, kalimat maupun isi dari tulisan kita. Setelah
direvisi kita kirim balik via email kembali.
Kemudian tugas yang
diberikan naik level menjadi beberapa paragraf. Langkahnya sama hingga
terbentuk satu artikel utuh yan galyak dibaca. Sampai titik ini rasanya puas
karena ada yang mengoreksi tulisan kita. Berbeda ketika kita menulis artikel
dan kita sendiri yang baca, seolah-olah sudah benar. Padahal ketika dibaca
orang lain ditemukan banyak kesalahan. Disinilah perlunya seorang editor. Dan
saya menemukannya di KMO ini.
Setelah semua peserta
KMO mengirimkan tugas. Admin KMO memberikan challenge atau tantangan menulis
kepada seluruh peserta. Tema umum tulisan dari admin KMO sedangkan peserta
boleh mengembangkan judul artikel asal sesuai dengan tema umum tersebut. Admin
KMO memberikan tema setiap hari Kamis dan peserta di target untuk menyelesaikan
tulisannya maksimal di hari Kamis.
Saya sendiri merasa
tertantang dengan challenge yang diberikan admin. Kadang kita kalau tidak
dipaksa menulis tidak keluar ide. Tema kepenulisan pun sangat beragam. Sampai
saat ini sudah ada 6 tema yang diberikan. Alhamdulillah saya bisa mengikutinya
walaupun kadang di akhir waktu baru sempat mengirim tulisan saya.
Ada beberapa judul yang
telah saya ikuti dalam challenge tersebut, di antaranya : “Autobiografi;
Berawal dari Tukang Loper Koran”, “Dengan Pena Ingin Kuubah Dunia”, “Keelokan
Telaga Menjer dari Bukit Seroja”, “Mengatasi Komunitas Punk yang Meresahkan
Pelajar”, “Menjadikan Multikulturalisme Sebagai Kekuatan” dan “Eksistensi Pasar
Tradisional Terancam oleh Pasar Modern”. Tanpa challenge dari KMO tidak mungkin
saya akan menuliskan tema-tema tersebut karena saya lebih tertarik menulis dengan
tema-tema pendidikan atau parenting. Tapi karena dipaksa menulis, kita jadi banyak
baca referensi tentang tema tersebut. Dan ternyata kita bisa menuliskannya
walaupun secara isi masih belum matang karena minimnya buku yang kit abaca dan
dalam waktu yang singkat.
Nah sejak ikut KMO ini
saya kemudian membuat blog untuk menyalurkan minat saya dalam kepenulisan. Jadi
tema challenge saya tulis di blog dulu baru saya kirim ke admin KMO. Sejak ikut KMO saya bisa menulis di blog
sebanyak 18 artikel selama 1 bulan. Sungguh bagi saya ini adalah pengalaman
yang luar biasa. Selama ini belum pernah merasa seproduktif ini.
Hal yang membuat saya
semangat untuk menulis adalah nasehat pak Cahyadi agar setiap hari kita
luangkan waktu khusus walaupun hanya 1 jam untuk menulis. Saya memilih malam
hari ketika anak-anak sudah tidur. Ketika saya tertidur di malam hari dan belum
menulis saya ganti dengan bangun lebih awal. Biasanya setelah sholat tahajud
saya menulis. Ternyata menulis dalam keadaan hening lebih fresh dan ide-idenya
berdatangan di kepala kita. Dan saya ingin itu menjadi kebiasaan walaupun sekarang
masih belum bisa konsisten.
Berani Menulis di Media Massa Berkat Ikut KMO
Sumber:
magazine.job-like.com
Saya juga mulai berani
menulis dan mengirimkannya di koran-koran. Alhamdulillah ada 3 artikel yang
sudah dimuat, di antaranya : “Guru, Generasi Alpha dan Indonesia Emas 2045” dan
“Peta Konsep Bantu Siswa Pahami Teks Report” (dimuat di Koran Wawasan), “Beajar
Speaking Menyenangkan dengan Model Two Stay Two Stray” (dimuat di Koran
Jateng Pos). Mungkin bagi sebagian orang tulisannya dimuat di koran biasa saja.
Namun, bagi penulis pemula seperti saya ini sungguh luar biasa dan menambah
semangat saya dalam menulis.
Hingga puncaknya ketika
saya mencoba ikut lomba menulis di blog dengan tema “Wonosobo Seneng Maca” saya
ikut. Saya memilih judul artikel “Anak enggan Membaca, Cobalah Gunakan
Pendekatan Arpusda”. Tulisan ini berdasarkan pengalaman yang saya alami dalam
mendidik anak gemar membaca. Alhamdulillah tulisan tersebut mendapat juara 1
dan mendapat apresiasi dari Bupati Wonosobo. Saya diminta membuat tulisan oleh
Bupati Wonosobo tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah saya. Sungguh ini
adalah kesempatan emas bagi saya.
Komunitas Menulis
banyak sekali di dunia nyata maupun maya. Tapi ikut KMO ini memang berbeda.
Bagi saya KMO merupakan kawah candradimuka yang melatih para pesertanya tidak
hanya produktif dalam menulis tapi juga melatih peserta agar memiliki tulisan
yang mempunyai ruh. Sehingga tulisan yang dibuat mampu memberikan banyak
kebaikan kepada para pembaca dan menginspirasi pembaca. Memang sepertinya mahal
ketika kita melihat nominal angka pendaftaran ikut KMO. Akan tetapi setelah
kita masuk di KMO nominal sebesar itu menjadi sangat murah sekali. Bahkan kita
akan mendapatkan keuntungan berkali lipat jika kita mau mengirim tulisan kita
di media cetak atau mau mengikuti lomba lomba.
Semua
kemudahan datangnya dari Allah SWT. Biasanya ketika mengandung seorang ibu akan
terasa lemah dan malas untuk beraktivitas. Alhamdulillah saya ikut KMO dalam
keadaan hamil 6 bulan. Selama 3 bulan dilatih di KMO ini. Dan sedih rasanya
karena jatah pelatihan menulis di KMO ini segera akan berakhir.
Tulisan ini saya buat
dalam keadaan mengandung anak keempat dan berusia 9 bulan 4 hari atau 39
minggu. Semoga nantinya anak yang saya lahirkan mampu menjadi penulis yang bisa
memberikan perubahan dan mampu menginspirasi semua pembacanya agar lebih baik
lagi. Sebagai penulis pemula, tentu tulisan saya masih jauh panggang dari api. Terima
kasih buat KMO yang telah menjadi kawah candradimuka bagi kami dalam menulis terutama
para admin dan narasumber Ustadz Cahyadi Takariawan dan Bu Ida yang telah sabar
membimbing kami dan melayani pertanyaan-pertanyaan dari kami. Semoga menjadi
amal jariyah
Wallahu a’lam bi showab
Terima kasih banyak.
BalasHapussama-sama ibu semoga bermanfaat
Hapus