Follow Us @soratemplates

Kamis, 29 Maret 2018

Kelas Menulis Online Sebagai Kawah Candradimuka Penulis Pemula

Sumber: wonderfulfamily.id

Pengalaman menulis tentu diawali dari pengalaman membaca. Ketika saya bisa mengetik kata demi kata di keyboard tentu ada sejarah panjang di belakangnya. Waktu itu sekitar tahun 1987, saya dan kakak saya menjadi tukang loper koran Wawasan untuk mencari tambahan uang saku. Saya masih duduk di bangku SD waktu itu. Selain mendapat tambahan uang, menjadi tukang loper koran juga memperoleh tambahan ilmu pengetahuan secara gratis. Saya masih ingat dengan persis setiap hari kami berebut membaca koran Wawasan. Berawal dari membaca koran Wawasan tersebut hobi membaca saya dimulai.

Terinspirasi dari Wartawan

Sumber : blog.penerbitlokamedia.com

Banyak agen Koran dan wartawan yang sering berkunjung ke rumah. Mereka bercerita tentang pengalamannya menulis dan meliput berita. Bahkan mereka bisa mewawancarai orang-orang terkenal yang biasa tampil di televisi. Nah, cerita pengalaman seperti ini yang memberikan inspirasi bagi saya dan memotivasi saya untuk bisa menulis seperti mereka.

Hobi membaca koran Wawasan tidak langsung membuat saya bisa menulis. Alhamdulillah, saya punya paman yang mau membimbing saya dengan sabar. Beliau berpesan, “Kalau ingin bisa menulis ya harus banyak baca”. Karena tidak mempunyai uang untuk membeli buku dan berlangganan majalah, saya sering berkunjung ke tetangga saya. Kebetulan anaknya adalah teman sekelas semasa SD. Dia berlangganan majalah Bobo. Saya suka sekali membacanya. Kadang saya pinjam Bobo edisi lama 5 sampai 10 majalah dan saya bawa pulang untuk dibaca sambil menanti majalah Bobo yang baru.

Saya mempunyai paman yang suka membaca dan menulis yang tinggal bersama kami. Akhirnya sedikit demi sedikit saya bisa mengarang dengan teknik yang diajarkan paman saya. Dan ketika kelas 4 SD, wali kelas saya pada waktu itu menunjuk saya untuk mewakili sekolah mengikuti lomba mengarang di tingkat kecamatan. Walaupun belum juara 1 cukup menyemangati saya untuk belajar menulis lebih giat lagi.

Bergabung dalam Komunitas Membaca dan Menulis di Kampus


Ketika menjadi mahasiswa saya bergabung dalam sebuah komunitas yaitu Reading and Writing Society. Di komunitas inilah saya kembali tersemangati untuk membaca banyak buku dan kemudian menuliskannya dengan bahasa saya sendiri dan kemudian mempresentasikan hasil review terhadap buku yang dibaca kepada teman-teman yang lain. Kebiasaan membaca dan menulis membuat saya lebih mudah dalam mengerjakan skripsi saya. Sehingga dengan pertolongan Allah skripsi saya yang berjudul “The Biographical Approach of House of Seven Gables” 2 bulan selesai saya kerjakan.

Setelah lulus kuliah dan menikah saya diterima sebagai PNS di Wonosobo Jawa Tengah. Di kota inilah kesempatan menulis kembali muncul. Awalnya saya sering menulis di buletin sebuah organisasi yang bernama Persaudaraan Muslimah (Salimah). Kebetulan saya menjadi pengurus di bidang humas dan media. Kemudian buletin tersebut saya bagi-bagi ke teman kantor. Saya cari sponsor untuk membiayai ongkos cetak buletin. Fokus tulisan adalah mengenai perempuan, anak dan keluarga.

Awal Mula Membimbing Ekstrakurikuler Jurnalistik


Sumber : bangsyaiha.com

Mungkin karena kepala sekolah melihat saya sering menulis saya diberi amanah untuk mengampu ekstrakurikuler Jurnalistik. Saya sebenarnya buta dengan kepenulisan jurnalistik. Dari situlah saya kemudian mengundang wartawan untuk mengisi workshop tentang jurnalistik.

Saya dan murid-murid mendapatkan banyak materi tentang straight news, feature news dan opini dari seorang wartawan. Saya kemudian mencoba membuat beberapa tulisan dan mengirimkan ke beberapa lomba. Alhamdulillah meraih Juara 3 Lomba Menulis Artikel tingkat Kabupaten dan Juara 3 Lomba Menulis Essay tingkat Propinsi.

Dengan sedikit pengalaman menulis tersebut saya membimbing siswa yang ikut ekstrakurikuler Jurnalistik dan Photografi di sekolah. Kami di tim Jurnalistik membuat buletin sekolah sebagai wadah untuk menyalurkan bakat dan minat di dunia kepenulisan. Saya juga sambil belajar terutama masalah ejaan yang masih amburadul. Biasanya saya meminta bantuan guru bahasa Indonesia untuk mengoreksi.

Dari buletin yang dibuat kami beranikan untuk mengikuti lomba karya jurnalistik. Alhamdulillah beberapa kali mendapat juara. Prestasi dari tim jurnalistik di tingkat nasional sampai sekarang diantaranya Juara 2 lomba jurnalistik (Medali Perak) tahun 2014 di Jogjakarta dan Juara 3 Lomba Jurnalistik (Medali Perunggu) tahun 2015 di Solo serta Juara 2 (Medali Perak) Lomba Penelitian Siswa Nasional tahun 2017 di Jakarta.

Untuk prestasi tingkat provinsi yaitu Juara 1 lomba karya tulis ilmiah tingkat kabupaten tentang sanitasi dan maju tingkat propinsi  tahun 2014 dan Juara 1 Lomba Penelitian Siswa Nasional tahun 2017 serta Juara 1 Lomba Karya Ilmiah Remaja tahun 2017.

Sedangkan untuk tingkat kabupaten diantaranya Juara 2 lomba penulisan berita tahun 2014, Juara 3 lomba fotografi tahun 2014, Juara 1 Lomba Jurnalistik tahun 2016, Juara 1 Lomba Photografi tahun 2016, Juara 1 Lomba Mading Digital Tema Anti Narkoba tahun 2016, Juara 1 Lomba Mading Digital Tema Generasi Berencana tahun 2016, Juara 2 Lomba Writing Contest Jenis Recount text tahun 2016 dan  Juara Harapan 2 Writing text tahun 2018.  Lomba-lomba seperti ini ternyata semakin memotivasi diri dalam dunia tulis menulis.

Dari prestasi tim jurnalistik di sekolah kami tersebut ternyata mendapat apresiasi dari pemerintah kabupaten Wonosobo melalui beberapa penghargaan berupa piagam dan sejumlah uang.  Penghargaan yang pernah kami terima diantaranya: Penghargaan kepada tim Jurnalistik dari Bupati Wonosobo tahun 2014, dari ketua DPRD Wonosobo tahun 2014, dari Gubernur Jawa Tengah tahun 2015 dan dari ketua DPRD Wonosobo tahun 2015.

Akan tetapi, sejak tahun 2016 kami sangat bersedih karena Lomba Karya Jurnalistik Nasional dihilangkan karena kendala pendanaan. Bahkan bulletin sekolah juga tidak terbit dengan alasan pungutan liar. Karena kami membagi bulletin tidak gratis. Siswa diminta mengganti ongkos cetak. Hal Itu membuat siswa saya tidak semangat lagi untuk menulis. Saya terus memotivasi mereka agar tetap semangat menulis walaupun tidak ada lomba. Tapi semakin lama siswa yang ikut ekstra jurnalistik semakin berkurang.

Akhirnya saya bersama tim pendidikan karakter di sekolah membuat program tentang literasi. Seluruh siswa setiap hari Jumat diminta bawa buku dan diwajibkan membaca buku selama setengah jam kemudian menuliskan isi buku yang dibaca dalam buku khusus. Bahkan guru-guru juga dilombakan untuk membuat resensi buku dari buku yang dibaca. Alhamdulillah, saya mendapat juara 1 lomba menulis resensi buku. Semangat menulis kembali menggelora.

Sebagai guru tuntutan untuk menulis di beberapa tahun terakhir ini juga sangat didengung-dengungkan oleh pemerintah. Setelah mengikuti pelatihan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten, saya termotivasi untuk menulis PTK. Saya mencoba membuat PTK dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara dan Prestasi Belajar Bahasa Inggris melalui Model Two Stay Two Stray Kelas VIIB SMP Negeri 2 Selomerto Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016”. Dan Alhamdulillah berhasil diseminarkan di depan rekan guru satu sekolah dan mengundang beberapa guru dari luar. Rasanya lega luar biasa ketika tulisan kita mendapat apresiasi dari orang lain. Kemudian tulisan tersebut saya kirim ke penerbit jurnal. Alhamdulillah masuk di Jurnal Ilmiah tingkat provinsi yang sudah mempunyai ISBN. 

Selain itu artikel saya  juga pernah dimuat di majalah GOW Kabupaten Wonosobo dengan judul “Dengan Penerapan MIOnKlok Ibu Mampu Mencetak Generasi Penentu Peradaban di Era Digital” dan essay saya dimuat di majalah Salimah dengan judul “Mahalnya Waktu Orang Tua untuk Anak”. Selain menulis artikel saya belajar menulis buku dan sudah dicetak tahun 2016 dengan judul  English For Children. Tapi saya merasa belum puas, saya masih ingin belajar menulis dari berbagai pelatihan untuk memperindah tulisan saya. Saya masih iri dengan tulisan para penulis yang sangat indah dalam memilih kosakata. Saya masih jauh ketinggalan tentang kohesi dan koherensi dari sebuah tulisan.

KMO Sebagai Kawah Candradimuka


Sumber : youtube.com

Di tahun 2017 alhamdulillah saya melanjutkan studi S2 dan lulus dengan predikat Lulusan terbaik dan cumlaude. Judul Thesis yang saya ambil “The Effect of Concept Mapping in Improving Reading Comprehension Viewed From Student’s Motivation (An Experimental Study in the Ninth Grade of State Junior High School 2 Selomerto, Wonosobo in the First Semester of Academic Year 2016/ 2017. Pengalaman menulis thesis sungguh menjadi cambuk bagi saya dalam menulis. Dosen Pembimbing banyak mengajarkan tentang cara menulis yang benar agar enak dibaca.

Nah setelah lulus S2, saya merasa harus mempunyai sebuah komunitas menulis. Saya melihat iklan di facebook tentang Komunitas Menulis Online (KMO). Saya sangat senang melihat instruktur yang akan melatih adalah penulis idola saya yaitu Pak Cahyadi Takariawan dan Bu Ida. Ketika masih tinggal di Yogyakarta saya sering mengikuti seminar dan pelatihan yang diisi beliau. Langsung saja saya daftar KMO.

Sungguh saya sangat beruntung mengikuti KMO karena saya merasa menemukan komunitas yang selama ini saya cari. Dengan ikut KMO kita diberi berbagai materi tentang kepenulisan. Kita bisa menyimak video tentang motivasi menulis dan tata cara kepenulisan hingga membuat menulis semudah bernafas. Setelah itu kita diberi tugas untuk menulis satu paragraf. Kemudian kita kirim via email dan dikoreksi oleh narasumber. Narasumber memberi masukan terhadap tulisan kita dan kita diminta merevisi tulisan kita baik ejaan, kalimat maupun isi dari tulisan kita. Setelah direvisi kita kirim balik via email kembali.

Kemudian tugas yang diberikan naik level menjadi beberapa paragraf. Langkahnya sama hingga terbentuk satu artikel utuh yan galyak dibaca. Sampai titik ini rasanya puas karena ada yang mengoreksi tulisan kita. Berbeda ketika kita menulis artikel dan kita sendiri yang baca, seolah-olah sudah benar. Padahal ketika dibaca orang lain ditemukan banyak kesalahan. Disinilah perlunya seorang editor. Dan saya menemukannya di KMO ini.

Setelah semua peserta KMO mengirimkan tugas. Admin KMO memberikan challenge atau tantangan menulis kepada seluruh peserta. Tema umum tulisan dari admin KMO sedangkan peserta boleh mengembangkan judul artikel asal sesuai dengan tema umum tersebut. Admin KMO memberikan tema setiap hari Kamis dan peserta di target untuk menyelesaikan tulisannya maksimal di hari Kamis.

Saya sendiri merasa tertantang dengan challenge yang diberikan admin. Kadang kita kalau tidak dipaksa menulis tidak keluar ide. Tema kepenulisan pun sangat beragam. Sampai saat ini sudah ada 6 tema yang diberikan. Alhamdulillah saya bisa mengikutinya walaupun kadang di akhir waktu baru sempat mengirim tulisan saya.

Ada beberapa judul yang telah saya ikuti dalam challenge tersebut, di antaranya : “Autobiografi; Berawal dari Tukang Loper Koran”, “Dengan Pena Ingin Kuubah Dunia”, “Keelokan Telaga Menjer dari Bukit Seroja”, “Mengatasi Komunitas Punk yang Meresahkan Pelajar”, “Menjadikan Multikulturalisme Sebagai Kekuatan” dan “Eksistensi Pasar Tradisional Terancam oleh Pasar Modern”. Tanpa challenge dari KMO tidak mungkin saya akan menuliskan tema-tema tersebut karena saya lebih tertarik menulis dengan tema-tema pendidikan atau parenting. Tapi karena dipaksa menulis, kita jadi banyak baca referensi tentang tema tersebut. Dan ternyata kita bisa menuliskannya walaupun secara isi masih belum matang karena minimnya buku yang kit abaca dan dalam waktu yang singkat.

Nah sejak ikut KMO ini saya kemudian membuat blog untuk menyalurkan minat saya dalam kepenulisan. Jadi tema challenge saya tulis di blog dulu baru saya kirim ke admin  KMO. Sejak ikut KMO saya bisa menulis di blog sebanyak 18 artikel selama 1 bulan. Sungguh bagi saya ini adalah pengalaman yang luar biasa. Selama ini belum pernah merasa seproduktif ini.

Hal yang membuat saya semangat untuk menulis adalah nasehat pak Cahyadi agar setiap hari kita luangkan waktu khusus walaupun hanya 1 jam untuk menulis. Saya memilih malam hari ketika anak-anak sudah tidur. Ketika saya tertidur di malam hari dan belum menulis saya ganti dengan bangun lebih awal. Biasanya setelah sholat tahajud saya menulis. Ternyata menulis dalam keadaan hening lebih fresh dan ide-idenya berdatangan di kepala kita. Dan saya ingin itu menjadi kebiasaan walaupun sekarang masih belum bisa konsisten.

Berani Menulis di Media Massa Berkat Ikut KMO


Sumber: magazine.job-like.com

Saya juga mulai berani menulis dan mengirimkannya di koran-koran. Alhamdulillah ada 3 artikel yang sudah dimuat, di antaranya : “Guru, Generasi Alpha dan Indonesia Emas 2045” dan “Peta Konsep Bantu Siswa Pahami Teks Report” (dimuat di Koran Wawasan), “Beajar Speaking Menyenangkan dengan Model Two Stay Two Stray” (dimuat di Koran Jateng Pos). Mungkin bagi sebagian orang tulisannya dimuat di koran biasa saja. Namun, bagi penulis pemula seperti saya ini sungguh luar biasa dan menambah semangat saya dalam menulis.

Hingga puncaknya ketika saya mencoba ikut lomba menulis di blog dengan tema “Wonosobo Seneng Maca” saya ikut. Saya memilih judul artikel “Anak enggan Membaca, Cobalah Gunakan Pendekatan Arpusda”. Tulisan ini berdasarkan pengalaman yang saya alami dalam mendidik anak gemar membaca. Alhamdulillah tulisan tersebut mendapat juara 1 dan mendapat apresiasi dari Bupati Wonosobo. Saya diminta membuat tulisan oleh Bupati Wonosobo tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah saya. Sungguh ini adalah kesempatan emas bagi saya.

Komunitas Menulis banyak sekali di dunia nyata maupun maya. Tapi ikut KMO ini memang berbeda. Bagi saya KMO merupakan kawah candradimuka yang melatih para pesertanya tidak hanya produktif dalam menulis tapi juga melatih peserta agar memiliki tulisan yang mempunyai ruh. Sehingga tulisan yang dibuat mampu memberikan banyak kebaikan kepada para pembaca dan menginspirasi pembaca. Memang sepertinya mahal ketika kita melihat nominal angka pendaftaran ikut KMO. Akan tetapi setelah kita masuk di KMO nominal sebesar itu menjadi sangat murah sekali. Bahkan kita akan mendapatkan keuntungan berkali lipat jika kita mau mengirim tulisan kita di media cetak atau mau mengikuti lomba lomba.

            Semua kemudahan datangnya dari Allah SWT. Biasanya ketika mengandung seorang ibu akan terasa lemah dan malas untuk beraktivitas. Alhamdulillah saya ikut KMO dalam keadaan hamil 6 bulan. Selama 3 bulan dilatih di KMO ini. Dan sedih rasanya karena jatah pelatihan menulis di KMO ini segera akan berakhir.

Tulisan ini saya buat dalam keadaan mengandung anak keempat dan berusia 9 bulan 4 hari atau 39 minggu. Semoga nantinya anak yang saya lahirkan mampu menjadi penulis yang bisa memberikan perubahan dan mampu menginspirasi semua pembacanya agar lebih baik lagi. Sebagai penulis pemula, tentu tulisan saya masih jauh panggang dari api. Terima kasih buat KMO yang telah menjadi kawah candradimuka bagi kami dalam menulis terutama para admin dan narasumber Ustadz Cahyadi Takariawan dan Bu Ida yang telah sabar membimbing kami dan melayani pertanyaan-pertanyaan dari kami. Semoga menjadi amal jariyah  

Wallahu a’lam bi showab

2 komentar: