Ayah : “Kamu mau
beli apa sayang?”
Anak : “Ayah bolehkah
aku beli waktu ayah satu jam saja?”
Mungkin tidak sama
persis pertanyaannya dengan pertanyaan di atas, tetapi mungkin pernah anak kita
menanyakan hal serupa tentang waktu kepada ayahnya. Banyak pertanyaan seperti
itu yang terlintas di benak anak – anak kita, cuma mereka tidak berani untuk
menyampaikan langsung kepada orang tua mereka. Orang tua harus mau mengevaluasi
diri dan berbenah untuk memperbaiki keadaan agar kualitas komunikasi antara
orang tua dengan anak semakin intensif. Orang tua juga harus mau mencoba
beberapa cara agar bisa merasakan kedekatan batin di antara anggota keluarga. Setidaknya
antara anggota keluarga saling tahu tentang apa yang disukai dan dibenci oleh masing
– masing anggota keluarga sehingga bisa dengan mudah untuk bercerita ketika saling
bertemu.
Kedekatan batin memang
tidak bisa dibangun dalam semalam. Ini adalah
proses yang cukup panjang. Karena
hanya dengan keterikatan batinlah, seseorang bisa menumpahkan segala isi
hatinya kepada orang lain itu. Dan keterikatan batin akan tumbuh karena adanya
komunikasi yang baik diantara keduanya. Dan interaksi atau komunikasi langsung
merupakan solusi untuk menjawab permasalahan ini. Walaupun ada teknologi Handphone dan teleconference tetap tidak bisa menggantikan komunikasi secara
langsung. Bahkan dengan teknologi tersebut, efek negatifnya malah menghambat
komunikasi langsung. Buktinya anak dengan mudah bisa SMS, update status, nge-twit,
tapi sulit berkata – kata ketika dihadapan orang tuanya atau saudara-saudaranya.
Nah, ternyata komunikasi yang baik pun harus dilatih oleh orang tua. Bagaimana
mereka bisa menjadi pemimpin besar kalau mereka tidak terlatih untuk
berkomunikasi dengan baik. Bagaimana kita akan mencetak generasi berperadapan
kalau anak – anak kita hanya bisa curhat dengan HP dan gadget lainnya.
Sebelum revolusi industri (sekitar 1960-an), ayah dapat
meluangkan waktu yang cukup bagi putra – putrinya, sehingga ikatan batin antara
ayah dan anak sangat dalam. Di era modern seperti ini, sungguh sangat sulit bagi seorang ayah untuk
menyediakan waktu bagi putra-putri nya terutama bagi ayah yang sibuk bekerja
dari pagi sampai sore atau malam hari, bahkan bagi ayah yang harus sering pergi
ke luar kota. Tentu meluangkan waktu untuk anak adalah sesuatu yang sangat
sulit. Oleh karena itu, seorang ibu yang baik tetap harus mengingatkan ayah
agar meluangkan waktu untuk anak – anak bukan malah menjelek – jelekkan ayah di
depan anak – anak mereka karena ayah mereka terlalu sibuk dengan pekerjaaannya.
Dengan
kesibukan orang tua, apalagi ayah ibu yang sama – sama bekerja, apa yang
sebaiknya orang tua lakukan untuk membangun keterikatan batin pada setiap
anggota keluarga?
1. Jangan
bekerja overtime
Orang tua kadang terlalu asyik bekerja
(worker holic) sehingga sudah bekerja
di kantor sampai sorepun, di rumah masih juga melanjutkan pekerjaannya. Padahal
ketika orang tua pulang, penginnya anak ditemani bermain atau diajak ngobrol. Bahkan
karena kondisi capek akhirnya orang tua menjadi mudah marah ketika menghadapi
masalah – masalah kecil atau ketika anak minta diperhatikan lebih. Memang
sebagai orang tua kita harus berusaha untuk tampil prima walaupun kita dalam
kondisi capek. Sehingga ketika wajah kita ceria anak pun tidak sungkan untuk
berkomunikasi dengan kita.
2. Meningkatkan
kualitas komunikasi
Dengan kuantitas bertemu yang
minim, maka optimalkan kualitas komunikasi kita sebagai orang tua. Jangan hanya
menemani anak tapi kita sibuk dengan HP,
laptop atau baca buku dan koran. Tetapi kita ikut membersamai anak dan terlibat
dengan aktivitas yang anak lakukan. Misalnya ketika anak belajar, maka kitapun
membersamainya, menanyakan materi pelajarannya. Disitulah kran komunikasi
terbuka.
3. Memberi
kesempatan anak untuk berkomunikasi
Orang tua sering sekali menyuruh
anak untuk mendengarkan mereka. Tetapi jarang orang tua mau mendengarkan cerita
anak, keluh kesah anak , mimpi – mimpi mereka kelak ketika dewasa. Berilah
kesempatan anak untuk bercerita tentang aktivitasnya di sekolah atau di
lingkungan bermain mereka. Tahan untuk tidak memotong pembicaraan mereka
sebelum mereka menuntaskan ceritanya, kecuali mereka minta pendapat kita di
tengah – tengah cerita. Dengan memberi kesempatan anak untuk bercerita apa
saja, kita sebenarnya sedang melatih anak untuk berbicara dan berkomunikasi
dengan baik. Kalau cerita anak kita masih terlalu cepat atau melompat – lompat,
bisa kita betulkan dengan cara yang baik. Kita akan terkejut ketika mendengar
mimpi – mimpi mereka menjadi orang besar. Jangan pernah mematahkan mimipi
mereka, walaupun bagi anda mimpi tersebut terlalu tinggi, katakan saja semoga
Allah mengabulkan dan yakinkan bahwa anak anda bisa melakukannya. Komunikasi
dua arah akan membantu anak mencari sendiri tahapan – tahapan untuk merealisasikan
mimpi mereka.
4. Membuat
kegiatan keluar bersama keluarga secara khusus
Dengan aktivitas orang tua dan anak
yang padat baik di tempat kerja maupun di sekolah, perlu diadakan penyegaran.
Oleh karena itu, sebaiknya diskusikan dan libatkan anak dalam penentuan
kegiatan di luar. Tidak harus di tempat – tempat yang jauh dan mahal, tapi di
tempat yang memberikan kenyamanan bagi semua anggota keluarga. Perbedaan
pendapat dalam menentukan tempat tujuan, melatih anak untuk menyampaikan
pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Orang tua juga sebaiknya
mengarahkan bagaimana cara menyampaikan pendapat yang baik dan bagaimana
sikapnya kalau pendapatnya tidak diterima orang lain.
5. Mempunyai
kegiatan wajib “Senja Keluarga”
Kegiatan Senja Keluarga adalah
kegiatan dimana semua anggota keluarga berkumpul melakukan aktivitas bersama
dari pukul 18.00 – 20.00. Di keluarga kami biasanya dimulai dari 17.30 untuk
persiapan wudhu, dilanjutkan shalat maghrib berjama’ah dan doa bersama. Setelah
itu mengajari anak mengaji bagi anak yang belum bisa dan tadarus bersama bagi
yang sudah sampai Al Qur’an. Ketika shalat Isya’ tiba, dilanjutkan shalat
berjama’ah kembali. Kemudian makan malam bersama. Setelah itu, anak – anak
mengambil tasnya dan belajar bersama. Sebagai orang tua, kami ikut membersamai
ketika anak belajar. Kalau ayah harus pulang malam minimal ibu harus menemani
anak untuk belajar atau sekedar berdiskusi.
6. Mempunyai
tempat berkumpul semua keluarga
Bagi sebagian keluarga, memang ada
yang memilih tempat berkumpul bersama di luar rumah, tapi akan lebih baik kalau
sebuah keluarga memilih rumahlah, tempat dimana tempat itu nyaman untuk saling
berinteraksi dan berkomunikasi. Bisa di ruang makan, misalnya disepakati kalau
makan malam semua harus dirumah. Di tempat itulah setiap anggota keluarga bisa
berkomunikasi langsung. Dengan suasana santai, biasanya anak lebih mudah
menyampaikan uneg – unegnya ketika di sekolah. Atau di ruang keluarga tempat
keluarga menonton TV, sambil nyantai dan tiduran saling ngobrol dan bercanda. Melihat
anak berebut tayangan televisi yang akan ditonton, memberi kesempatan kepada
kita untuk mengetahui acara favorit anak, sehingga kita tahu apa kesukaan anak
dan apa ketidaksukaan anak. Jika ada acara yang kurang pas dengan usia mereka,
kita bisa mengarahkan. Ataupun kita bisa memperkenalkan acara yang kita sukai dan
baik untuk mereka. Dengan konflik, kita berlatih mengatasi masalah dan itupun
sudah melatih anak untuk berkomunikasi. Sehingga setiap anggota keluarga
menganggap rumah sebagai surge buat mereka.
7. Program
Diskusi Buku
Buku adalah jendela dunia, kita
bisa menambah berbagai ilmu pengetahuan dari buku. Bagi keluarga kami, hadiah
buku merupakan sesuatu yang sangat berharga. Biasanya setiap ada yang ulang
tahun, atau ada yang berprestasi maka hadiahnya adalah buku. Dan buku tersebut
dibaca untuk semuanya. Bagi anak saya yang masih balita tentu buku – buku
cerita dan ensiklopedi menjadi favorit mereka. Sebelum tidur, kebiasaan saya
sebagai ibu membacakan buku cerita mereka. Kemudian untuk melatih komunikasi
mereka, di akhir cerita saya meminta mereka untuk menceritakan kembali apa isi
ceritanya. Kalau dalam cerita anak belum menangkap makna cerita, maka kita
pancing agar anak bisa menyampaikan hikmah dari cerita tersebut dengan
mengingatkan pada bagian – bagian tertentu yang dirasa penting. Disitulah kita
memasukkan nilai – nilai Islam dan pendidikan karakter bagi anak kita. Bagi
anak remaja, biasanya lebih menyukai novel dibanding dengan buku – buku
motivasi atau buku – buku ilmiah, jangan langsung dimarahi, kita ikut baca dulu
walaupun hanya beberapa lembar untuk mengetahui isi cerita. Sehingga kita bisa
menanyakan bagian mana dari cerita di novel yang disukai dan kita bisa
memberikan alternatif novel Islami yang lebih menarik untuk mereka baca.
8. Keteladanan
Orang Tua
Keteladanan adalah cara yang paling
ampuh untuk memberikan contoh kepada anak. Orang tua yang biasa berkomunikasi
dengan baik, santun, runtut dan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, maka anak
pun sebenarnya merekam dan bahkan akan menirunya.
Maka sebagai orang tua, juga harus belajar cara berkomunikasi yang baik. Terhadap
anak jangan hanya suka memerintah, tapi lebih banyak mendengar. Banyak ilmu
yang kita dapatkan dari anak ketika kita banyak mendengarkan mereka. Orang tua juga jangan hanya
menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan
kebutuhan batinnya. Orang tua juga jangan menuntut banyak hal tetapi lupa untuk
memberikan contoh yang baik bagi si anak. Dengan keteladanan, InsyaAllah
anak kita akan mencontoh tanpa kita harus memerintahnya.
Jika setiap keluarga
menerapkan cara-cara diatas, InsyaAllah pemberitaan di televisi terkait
perilaku anak – anak dari kasus pacaran, video porno, narkoba, minuman keras,
tawuran dan masih banyak perilaku lainnya bisa dikurangi sedikit demi sedikit,
dan akhirnya hilang. Minimal kita tidak menambah kasus yang sudah ada. Mari
menjadi salah satu batu bata dalam mencetak bangunan peradapan di negeri ini,
dimulai dari hal yang kecil dari keluarga kita dan dimualai dari sekarang. Jadikan anak –anak kita sebagai generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan
tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya. Untuk itulah orang tua harus segera
mengampil peran, khususnya ayah harus bersegera bekerjasama dengan ibu dalam
mendidik anak-anak. Jangan hanya pasrah kepada ibu. Dengan kerjasama yang
harmonis antara ayah dan ibu, maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
matang dan keterikatan batin antara anggota keluarga bisa dirasakan manfaatnya.
Meski meluangkan waktu kadang terasa sulit. Jangan menyerah, siasati waktu
meski beberapa menit setiap hari demi anak– anak yang kita sayangi.
Great mom.. Waktu bersama orang tua adalah waktu berkembangnya anak menjadi pribadi yang lebih dewasa, mandiri dan berkaraker. Mksh tips2nya bagus... Sukses jeng Puji
BalasHapusiya sama sama bu asih. Yang menulis ini belum tentu lebih baik dari yang membaca
BalasHapus