Follow Us @soratemplates

Sabtu, 20 Januari 2018

Mahalnya Waktu Orang Tua


Ayah : “Kamu mau beli apa sayang?”
Anak : “Ayah bolehkah aku beli waktu ayah satu jam saja?”

Mungkin tidak sama persis pertanyaannya dengan pertanyaan di atas, tetapi mungkin pernah anak kita menanyakan hal serupa tentang waktu kepada ayahnya. Banyak pertanyaan seperti itu yang terlintas di benak anak – anak kita, cuma mereka tidak berani untuk menyampaikan langsung kepada orang tua mereka. Orang tua harus mau mengevaluasi diri dan berbenah untuk memperbaiki keadaan agar kualitas komunikasi antara orang tua dengan anak semakin intensif. Orang tua juga harus mau mencoba beberapa cara agar bisa merasakan kedekatan batin di antara anggota keluarga. Setidaknya antara anggota keluarga saling tahu tentang apa yang disukai dan dibenci oleh masing – masing anggota keluarga sehingga bisa dengan mudah untuk bercerita ketika saling bertemu.
Kedekatan batin memang tidak bisa dibangun dalam semalam. Ini adalah
proses yang cukup panjang. Karena hanya dengan keterikatan batinlah, seseorang bisa menumpahkan segala isi hatinya kepada orang lain itu. Dan keterikatan batin akan tumbuh karena adanya komunikasi yang baik diantara keduanya. Dan interaksi atau komunikasi langsung merupakan solusi untuk menjawab permasalahan ini. Walaupun ada teknologi Handphone dan teleconference tetap tidak bisa menggantikan komunikasi secara langsung. Bahkan dengan teknologi tersebut, efek negatifnya malah menghambat komunikasi langsung. Buktinya anak dengan mudah bisa SMS, update status, nge-twit, tapi sulit berkata – kata ketika dihadapan orang tuanya atau saudara-saudaranya. Nah, ternyata komunikasi yang baik pun harus dilatih oleh orang tua. Bagaimana mereka bisa menjadi pemimpin besar kalau mereka tidak terlatih untuk berkomunikasi dengan baik. Bagaimana kita akan mencetak generasi berperadapan kalau anak – anak kita hanya bisa curhat dengan HP dan gadget lainnya.
Sebelum revolusi industri (sekitar 1960-an), ayah dapat meluangkan waktu yang cukup bagi putra – putrinya, sehingga ikatan batin antara ayah dan anak sangat dalam.  Di era modern seperti ini, sungguh sangat sulit bagi seorang ayah untuk menyediakan waktu bagi putra-putri nya terutama bagi ayah yang sibuk bekerja dari pagi sampai sore atau malam hari, bahkan bagi ayah yang harus sering pergi ke luar kota. Tentu meluangkan waktu untuk anak adalah sesuatu yang sangat sulit. Oleh karena itu, seorang ibu yang baik tetap harus mengingatkan ayah agar meluangkan waktu untuk anak – anak bukan malah menjelek – jelekkan ayah di depan anak – anak mereka karena ayah mereka terlalu sibuk dengan pekerjaaannya. Dengan kesibukan orang tua, apalagi ayah ibu yang sama – sama bekerja, apa yang sebaiknya orang tua lakukan untuk membangun keterikatan batin pada setiap anggota keluarga?
1.      Jangan bekerja overtime
Orang tua kadang terlalu asyik bekerja (worker holic) sehingga sudah bekerja di kantor sampai sorepun, di rumah masih juga melanjutkan pekerjaannya. Padahal ketika orang tua pulang, penginnya anak ditemani bermain atau diajak ngobrol. Bahkan karena kondisi capek akhirnya orang tua menjadi mudah marah ketika menghadapi masalah – masalah kecil atau ketika anak minta diperhatikan lebih. Memang sebagai orang tua kita harus berusaha untuk tampil prima walaupun kita dalam kondisi capek. Sehingga ketika wajah kita ceria anak pun tidak sungkan untuk berkomunikasi dengan kita.
2.      Meningkatkan kualitas komunikasi
Dengan kuantitas bertemu yang minim, maka optimalkan kualitas komunikasi kita sebagai orang tua. Jangan hanya menemani anak tapi kita sibuk dengan  HP, laptop atau baca buku dan koran. Tetapi kita ikut membersamai anak dan terlibat dengan aktivitas yang anak lakukan. Misalnya ketika anak belajar, maka kitapun membersamainya, menanyakan materi pelajarannya. Disitulah kran komunikasi terbuka.
3.      Memberi kesempatan anak untuk berkomunikasi
Orang tua sering sekali menyuruh anak untuk mendengarkan mereka. Tetapi jarang orang tua mau mendengarkan cerita anak, keluh kesah anak , mimpi – mimpi mereka kelak ketika dewasa. Berilah kesempatan anak untuk bercerita tentang aktivitasnya di sekolah atau di lingkungan bermain mereka. Tahan untuk tidak memotong pembicaraan mereka sebelum mereka menuntaskan ceritanya, kecuali mereka minta pendapat kita di tengah – tengah cerita. Dengan memberi kesempatan anak untuk bercerita apa saja, kita sebenarnya sedang melatih anak untuk berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Kalau cerita anak kita masih terlalu cepat atau melompat – lompat, bisa kita betulkan dengan cara yang baik. Kita akan terkejut ketika mendengar mimpi – mimpi mereka menjadi orang besar. Jangan pernah mematahkan mimipi mereka, walaupun bagi anda mimpi tersebut terlalu tinggi, katakan saja semoga Allah mengabulkan dan yakinkan bahwa anak anda bisa melakukannya. Komunikasi dua arah akan membantu anak mencari sendiri tahapan – tahapan untuk merealisasikan mimpi mereka.
4.      Membuat kegiatan keluar bersama keluarga secara khusus
Dengan aktivitas orang tua dan anak yang padat baik di tempat kerja maupun di sekolah, perlu diadakan penyegaran. Oleh karena itu, sebaiknya diskusikan dan libatkan anak dalam penentuan kegiatan di luar. Tidak harus di tempat – tempat yang jauh dan mahal, tapi di tempat yang memberikan kenyamanan bagi semua anggota keluarga. Perbedaan pendapat dalam menentukan tempat tujuan, melatih anak untuk menyampaikan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Orang tua juga sebaiknya mengarahkan bagaimana cara menyampaikan pendapat yang baik dan bagaimana sikapnya kalau pendapatnya tidak diterima orang lain.
5.      Mempunyai kegiatan wajib “Senja Keluarga”
Kegiatan Senja Keluarga adalah kegiatan dimana semua anggota keluarga berkumpul melakukan aktivitas bersama dari pukul 18.00 – 20.00. Di keluarga kami biasanya dimulai dari 17.30 untuk persiapan wudhu, dilanjutkan shalat maghrib berjama’ah dan doa bersama. Setelah itu mengajari anak mengaji bagi anak yang belum bisa dan tadarus bersama bagi yang sudah sampai Al Qur’an. Ketika shalat Isya’ tiba, dilanjutkan shalat berjama’ah kembali. Kemudian makan malam bersama. Setelah itu, anak – anak mengambil tasnya dan belajar bersama. Sebagai orang tua, kami ikut membersamai ketika anak belajar. Kalau ayah harus pulang malam minimal ibu harus menemani anak untuk belajar atau sekedar berdiskusi.
6.      Mempunyai tempat berkumpul semua keluarga
Bagi sebagian keluarga, memang ada yang memilih tempat berkumpul bersama di luar rumah, tapi akan lebih baik kalau sebuah keluarga memilih rumahlah, tempat dimana tempat itu nyaman untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi. Bisa di ruang makan, misalnya disepakati kalau makan malam semua harus dirumah. Di tempat itulah setiap anggota keluarga bisa berkomunikasi langsung. Dengan suasana santai, biasanya anak lebih mudah menyampaikan uneg – unegnya ketika di sekolah. Atau di ruang keluarga tempat keluarga menonton TV, sambil nyantai dan tiduran saling ngobrol dan bercanda. Melihat anak berebut tayangan televisi yang akan ditonton, memberi kesempatan kepada kita untuk mengetahui acara favorit anak, sehingga kita tahu apa kesukaan anak dan apa ketidaksukaan anak. Jika ada acara yang kurang pas dengan usia mereka, kita bisa mengarahkan. Ataupun kita bisa memperkenalkan acara yang kita sukai dan baik untuk mereka. Dengan konflik, kita berlatih mengatasi masalah dan itupun sudah melatih anak untuk berkomunikasi. Sehingga setiap anggota keluarga menganggap rumah sebagai surge buat mereka.
7.      Program Diskusi Buku
Buku adalah jendela dunia, kita bisa menambah berbagai ilmu pengetahuan dari buku. Bagi keluarga kami, hadiah buku merupakan sesuatu yang sangat berharga. Biasanya setiap ada yang ulang tahun, atau ada yang berprestasi maka hadiahnya adalah buku. Dan buku tersebut dibaca untuk semuanya. Bagi anak saya yang masih balita tentu buku – buku cerita dan ensiklopedi menjadi favorit mereka. Sebelum tidur, kebiasaan saya sebagai ibu membacakan buku cerita mereka. Kemudian untuk melatih komunikasi mereka, di akhir cerita saya meminta mereka untuk menceritakan kembali apa isi ceritanya. Kalau dalam cerita anak belum menangkap makna cerita, maka kita pancing agar anak bisa menyampaikan hikmah dari cerita tersebut dengan mengingatkan pada bagian – bagian tertentu yang dirasa penting. Disitulah kita memasukkan nilai – nilai Islam dan pendidikan karakter bagi anak kita. Bagi anak remaja, biasanya lebih menyukai novel dibanding dengan buku – buku motivasi atau buku – buku ilmiah, jangan langsung dimarahi, kita ikut baca dulu walaupun hanya beberapa lembar untuk mengetahui isi cerita. Sehingga kita bisa menanyakan bagian mana dari cerita di novel yang disukai dan kita bisa memberikan alternatif novel Islami yang lebih menarik untuk mereka baca.
8.      Keteladanan Orang Tua
Keteladanan adalah cara yang paling ampuh untuk memberikan contoh kepada anak. Orang tua yang biasa berkomunikasi dengan baik, santun, runtut dan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, maka anak pun sebenarnya merekam dan bahkan  akan menirunya. Maka sebagai orang tua, juga harus belajar cara berkomunikasi yang baik. Terhadap anak jangan hanya suka memerintah, tapi lebih banyak mendengar. Banyak ilmu yang kita dapatkan dari anak ketika kita banyak mendengarkan mereka. Orang tua juga jangan hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga jangan menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Dengan keteladanan, InsyaAllah anak kita akan mencontoh tanpa kita harus memerintahnya.

Jika setiap keluarga menerapkan cara-cara diatas, InsyaAllah pemberitaan di televisi terkait perilaku anak – anak dari kasus pacaran, video porno, narkoba, minuman keras, tawuran dan masih banyak perilaku lainnya bisa dikurangi sedikit demi sedikit, dan akhirnya hilang. Minimal kita tidak menambah kasus yang sudah ada. Mari menjadi salah satu batu bata dalam mencetak bangunan peradapan di negeri ini, dimulai dari hal yang kecil dari keluarga kita dan dimualai dari sekarang. Jadikan anak –anak kita sebagai  generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya. Untuk itulah orang tua harus segera mengampil peran, khususnya ayah harus bersegera bekerjasama dengan ibu dalam mendidik anak-anak. Jangan hanya pasrah kepada ibu. Dengan kerjasama yang harmonis antara ayah dan ibu, maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang matang dan keterikatan batin antara anggota keluarga bisa dirasakan manfaatnya. Meski meluangkan waktu kadang terasa sulit. Jangan menyerah, siasati waktu meski beberapa menit setiap hari demi anak– anak yang kita sayangi. 

2 komentar:

  1. Great mom.. Waktu bersama orang tua adalah waktu berkembangnya anak menjadi pribadi yang lebih dewasa, mandiri dan berkaraker. Mksh tips2nya bagus... Sukses jeng Puji

    BalasHapus
  2. iya sama sama bu asih. Yang menulis ini belum tentu lebih baik dari yang membaca

    BalasHapus