Perkembangan
teknologi merupakan salah satu penanda perkembangan peradaban manusia.
Perkembangan itu tentunya akan mempengaruhi berbagai macam unsur dalam
kehidupan manusia, salah satunya ialah dunia pendidikan. Realita kemajuan teknologi ternyata
tidak berbanding lurus dengan kemajuan dunia pendidikan terutama pada kemajuan kualitas
guru. Kita masih menyaksikan kenyataan yang berlawanan antara guru dan peserta
didik.
Dewasa ini, peserta didik sudah sedemikian maju dalam iklim digital karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sementara guru masih berkutat pada tradisi tekstual dan menggunakan cara-cara di era 80-an. Akibatnya,......
para peserta didik memiliki jurang perbedaan yang dalam dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaksepahaman dalam berbagai bidang. Sebagai guru, kita baru saja belajar memahami berbagai karakteristik generasi Z dan waktu begitu cepat berlalu, sekarang kita bersiap diri menghadapi generasi alpha yang tentunya lebih canggih dibanding generasi Z.
Dewasa ini, peserta didik sudah sedemikian maju dalam iklim digital karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sementara guru masih berkutat pada tradisi tekstual dan menggunakan cara-cara di era 80-an. Akibatnya,......
para peserta didik memiliki jurang perbedaan yang dalam dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaksepahaman dalam berbagai bidang. Sebagai guru, kita baru saja belajar memahami berbagai karakteristik generasi Z dan waktu begitu cepat berlalu, sekarang kita bersiap diri menghadapi generasi alpha yang tentunya lebih canggih dibanding generasi Z.
Dalam
teori generasi (Generation Theory) hingga saat ini dikenal ada 5 generasi,
yaitu Generasi Baby Boomer (lahir 1946-1964), Generasi X (lahir 1965-1980),
Generasi Y (lahir 1981-1994), Generasi Z (lahir 1995-2010) dan Generasi Alpha
(lahir 2011-2025).
Menurut Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd, Generasi Alpha merupakan generasi digital yang
mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer.
Bahkan informasi yang diakses oleh para Generasi Alpha ini tak terbatas pada informasi yang berkaitan
dengan pendidikan saja, melainkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan
pribadi mereka. Sebagai guru, menghadapi peserta didik generasi Z di bidang
teknologi dan informasi saja sudah tertinggal jauh apalagi menghadapi generasi
Alpha.
Generasi
Alpha sudah menikmati keajaiban teknologi dan
“mengenal” gadget ibaratnya sudah sejak
dalam perut Sang Ibu. Setelah lahir pun, Sang Ibu asyik menyusui sambil
browsing dan aktif di social media. Oleh
karena itu, generasi ini juga sering disebut sebagai iGeneration,
generasi net atau generasi internet.
Generasi
Alpha memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, mereka mampu mengaplikasikan semua
kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet
menggunakan ponsel, browsing dengan Personal Computer, dan mendengarkan
musik menggunakan headset. Apapun
yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka
sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang
secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
Generasi Z sekarang ini merupakan anak-anak muda yang rata-rata masih mencari jati diri, beberapa di antaranya sudah mempunyai penghasilan sendiri yang cukup besar efek dari bisnis online yang ditekuninya. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Mereka juga sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, whats app, instagram atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.
Karakteristik lainnya adalah mereka cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan di dunia maya. Sedangkan Generasi Alpha saat ini usia mereka 0 – 6 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Akan tetapi kita bisa lihat di lingkungan kita mereka ini walau kecil tetapi keahlian di bidang internet sungguh luar biasa .melebihi kemampuan Generasi Z
Generasi Z sekarang ini merupakan anak-anak muda yang rata-rata masih mencari jati diri, beberapa di antaranya sudah mempunyai penghasilan sendiri yang cukup besar efek dari bisnis online yang ditekuninya. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Mereka juga sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, whats app, instagram atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.
Karakteristik lainnya adalah mereka cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan di dunia maya. Sedangkan Generasi Alpha saat ini usia mereka 0 – 6 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Akan tetapi kita bisa lihat di lingkungan kita mereka ini walau kecil tetapi keahlian di bidang internet sungguh luar biasa .melebihi kemampuan Generasi Z
Sedangkan,
kelemahan anak-anak Generasi Alpha ialah mereka selalu menginginkan segala
sesuatu secara cepat, tanpa bertele-tele ataupun berbelit-belit. Mereka terbiasa dengan berbagai
aktifitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca, berbicara,
menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan.
Selain itu mereka cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses. Mereka lebih menyukai game online daripada permainan tradisional.
Selain itu mereka cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses. Mereka lebih menyukai game online daripada permainan tradisional.
Melihat
kelebihan dan kelemahan Generasi Alpha maka guru harus menyadari perannya sebagai garda terdepan dalam sistem pendidikan
Indonesia. Menjadi guru
di abad 21 berbeda dengan guru di abad 20-an. Di era digital seperti sekarang
ini, eksistensi guru tidak lagi dilihat dari kharismanya semata.
Oleh sebab itu, guru harus meningkatkan kompetensinya agar mampu memahami berbagai perkembangan teknologi dan informasi serta mampu mengaplikasikannya. Ada beberapa cara agar guru mampu mendidik generasi Alpha ke depan dengan penuh kesuksesan:
Oleh sebab itu, guru harus meningkatkan kompetensinya agar mampu memahami berbagai perkembangan teknologi dan informasi serta mampu mengaplikasikannya. Ada beberapa cara agar guru mampu mendidik generasi Alpha ke depan dengan penuh kesuksesan:
Pertama, Peningkatan 4 Kompetensi Inti
Guru.
Tantangan terbesar bagi guru adalah siapkah mengantar Generasi Alpha menghadapi masa depan? Siapkah guru meningkatkan kualitas diri agar perannya tidak digantikan oleh internet lewat pembelajaran online? Siapkan berkreasi dan berinovasi terhadap metode dan media pembelajaran yang selama ini dipakai? Siapkah mengarahkan peserta didik yang kesehariannya di tangan mereka tak pernah lepas dari keypad smartphone dan di telinga mereka terselip headset?
Dalam mendidik anak-anak Generasi Alpha dibutuhkan kualitas guru dengan kompetensi tingkat tinggi yaitu guru yang kreatif dan penuh inisiatif. Akses informasi di era digital ini memungkinkan peserta didik lebih mengetahui informasi terlebih dahulu ketimbang guru. Agar pendidikan dan pembelajaran di sekolah berhasil maka mereka tidak bisa dididik dengan cara bagaimana gurunya dididik dulu. Ali bin Abi Tholib ra pernah berkata “Anak-anakmu itu diciptakanuntuk hidup di jamannya bukan jamanmu maka jangan dipaksa mereka mengikuti kebiasaanmu dulu”.
Tantangan terbesar bagi guru adalah siapkah mengantar Generasi Alpha menghadapi masa depan? Siapkah guru meningkatkan kualitas diri agar perannya tidak digantikan oleh internet lewat pembelajaran online? Siapkan berkreasi dan berinovasi terhadap metode dan media pembelajaran yang selama ini dipakai? Siapkah mengarahkan peserta didik yang kesehariannya di tangan mereka tak pernah lepas dari keypad smartphone dan di telinga mereka terselip headset?
Dalam mendidik anak-anak Generasi Alpha dibutuhkan kualitas guru dengan kompetensi tingkat tinggi yaitu guru yang kreatif dan penuh inisiatif. Akses informasi di era digital ini memungkinkan peserta didik lebih mengetahui informasi terlebih dahulu ketimbang guru. Agar pendidikan dan pembelajaran di sekolah berhasil maka mereka tidak bisa dididik dengan cara bagaimana gurunya dididik dulu. Ali bin Abi Tholib ra pernah berkata “Anak-anakmu itu diciptakanuntuk hidup di jamannya bukan jamanmu maka jangan dipaksa mereka mengikuti kebiasaanmu dulu”.
Kompetensi Guru
Mengenai
standar kualitas guru, sejatinya memang telah diatur di dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10, seorang guru harus
memiliki 4 kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Keempat kompetensi itu merupakan standar utama yang harus dimiliki seorang guru
di Indonesia.
Secara
sederhana, kompetensi pedagodik berurusan dengan kemampuan guru memahami peserta
didiknya dan tahu bagaimana cara penyampaian ilmu kepada para peserta didiknya.
Sedangkan kompetensi kepribadian mengacu kepada kepribadian guru yang sebisa
mungkin menjadi contoh dan teladan peserta didiknya serta mencerminkan
kedewasaan dalam cara berpikir dan sikapnya.
Untuk kompetensi profesional, seorang guru diwajibkan mengerti dan memahami ruang lingkup keilmuannya serta mampu menyampaikannya secara jelas dan dapat dipahami oleh peserta didiknya. Dan, kompetensi sosial mengacu kepada kemampuan guru dalam hal berkomunikasi dan bergaul dengan para peserta didiknya.
Untuk kompetensi profesional, seorang guru diwajibkan mengerti dan memahami ruang lingkup keilmuannya serta mampu menyampaikannya secara jelas dan dapat dipahami oleh peserta didiknya. Dan, kompetensi sosial mengacu kepada kemampuan guru dalam hal berkomunikasi dan bergaul dengan para peserta didiknya.
Keempat
kompetensi itu secara satu kesatuan mengharuskan guru terus memperbaharui
pengetahuannya, khususnya pada bidang perkembangan teknologi. Dengan menguasai
teknologi, maka guru akan dengan mudah mengaplikasikan 4 kompetensi tersebut kepada para peserta didiknya.
Kedua,
Kompetensi dalam Memanfaatkan Teknologi. Walaupun Generasi Alpha
memiliki gaya hidup digital yang kuat dan terbiasa dengan multitasking, tetapi
beberapa penelitian menemukan bahwa mereka memiliki tingkat konsentrasi/
perhatian yang pendek. Pembelajaran dengan metode yang membosankan akan cenderung
tidak diperhatikan oleh peserta didik. Sehingga guru dituntut untuk dapat
mengubah pendekatan pembelajaran sesering mungkin agar konsentrasi peserta
didik lebih baik dengan memanfaatkan teknologi yang ada..
Kendala waktu dan jarak membuat guru
enggan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tentang berbagai tutorial pembelajaran
interaktif. Sebenarnya, guru juga bisa memanfaatkan teknologi untuk mempermudah
memilih bahan ajar interaktif dengan menggunakan perangkat komputer yang
memiliki akses internet.
Ada berbagai metode, media dan materi pembelajaran yang bisa diunduh secara gratis sesuai mata pelajaran yang diampu. Guru harus mampu memanfaatkan teknologi ini sebagai sumber referensi bahan ajar maupun media pembelajaran yang interaktif jika terkendala waktu.
Ada berbagai metode, media dan materi pembelajaran yang bisa diunduh secara gratis sesuai mata pelajaran yang diampu. Guru harus mampu memanfaatkan teknologi ini sebagai sumber referensi bahan ajar maupun media pembelajaran yang interaktif jika terkendala waktu.
Peserta didik Generasi Alpha sangat
menginginkan informasi harus segera didapat dalam hitungan mouse click sehingga guru mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi
untuk membantunya. Dewasa ini, sudah sangat banyak tersedia berbagai media
pembelajaran yang bisa membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa
contoh media pembelajaran berbasis internet yang bisa membantu proses
pembelajaran, diantaranya :
Pertama,
Digibook 3D PageFlip yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengubah file PDF,
word, power point dan excel ke bentuk flipbooks realistis. Kegunaannya textbook
bisa tayang 3 dimensi. Kedua, Template Power Point diartikan sebagai pola atau
tatanan dengan bentuk tertentu. Misalnya akan membuat presentasi dengan
menggunakan template A, maka hasil presentasi anda akan menyerupai pola yang
sudah disiapkan dalam template tersebut. Template presentasi akan sangat
memudahkan anda karena tidak harus mendesain dari awal segala sesuatunya. Selanjutnya,
aplikasi Mind Map untuk membangun
brainstorming peserta didik tentang idea atau topik sebuah materi lalu
mengembangkannya menjadi sebuah tulisan yang utuh.
Selain guru menerapkan aplikasi tersebut
di sekolah, guru juga tetap mengarahkan penggunaan teknologi lain seperti smart
phone. Peserta didik Generasi Alpha ketika di rumah tidak dapat terlepas dari smart phone-nya. Dalam hal ini, guru
bisa memanfaatkan jejaring sosial yang akrab dengan peserta didik seperti facebook, twitter, whats app dan instagram dalam memberikan penugasan di
rumah. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek dan penugasan lebih menarik bagi
mereka karena mereka dapat mengeksplorasi pengetahuan baru sebanyak-banyaknya.
Generasi
Alpha mempunyai sifat positif dan negatif. Dengan memahami sifat tersebut para guru
diharapkan dapat mengerti ciri khas dari
generasi Alpha ini. Tentunya tantangan generasi Alpha jauh lebih besar
daripada generasi - generasi sebelumnya. Generasi ini patut diawasi terutama
penggunaan internetnya, tapi tentunya tidak dikerasi.
Generasi Alpha merupakan generasi yang sangat bergantung pada kehadiran teknologi. Mereka memiliki pemahaman yang berbeda mengenai gadget yaitu untuk mempermudah kegiatan mereka sehari-hari, mempermudah mencari informasi tentang berbagai materi pembelajaran yang dapat diakses kapan pun dan dimanapun. Mereka berpandangan bahwa belajar itu tidak selalu dari buku dan di ruang kelas.
Sebagai guru generasi Alpha kita harus memberikan teknik-teknik pendekatan yang sesuai dengan karakteristiknya dan menyajikan pembelajaran yang interaktif dengan memanfaatkan teknologi serta memberikan pendidikan dengan nilai karakter positif.
Generasi Alpha merupakan generasi yang sangat bergantung pada kehadiran teknologi. Mereka memiliki pemahaman yang berbeda mengenai gadget yaitu untuk mempermudah kegiatan mereka sehari-hari, mempermudah mencari informasi tentang berbagai materi pembelajaran yang dapat diakses kapan pun dan dimanapun. Mereka berpandangan bahwa belajar itu tidak selalu dari buku dan di ruang kelas.
Sebagai guru generasi Alpha kita harus memberikan teknik-teknik pendekatan yang sesuai dengan karakteristiknya dan menyajikan pembelajaran yang interaktif dengan memanfaatkan teknologi serta memberikan pendidikan dengan nilai karakter positif.
Dalam dunia pendidikan, dua generasi yang berbeda ini antara guru dan peserta
didik dituntut untuk saling bersinergi sehingga mampu memaksimalkan hasil dari
proses pendidikan yang ada di sekolah. Guru dituntut untuk bisa mengikuti
perkembangan teknologi sehingga dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas
bisa diterima dan diikuti oleh peserta didik sekaligus dapat memanfaatkan semua
potensi yang sudah dimiliki peserta didik.
Masa depan Indonesia sekarang ini berada di tangan Generasi Alpha,
oleh karena itu penting bagi para guru untuk mempersiapkan diri dengan baik dan
memahami perilaku dan kebiasaan mereka. Guru harus mengajarkan peserta didik
agar bijak memanfaatkan gadget dengan bijak.
Gadget yang dipegang peserta didik harus bisa menjadi jendela untuk mencari informasi mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk mengakses materi pelajaran, berbagai tayangan yang berisi berbagai macam tutorial yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan demikian gadget bisa bermanfaat sebagai jembatan pendidikan lintas generasi.
Gadget yang dipegang peserta didik harus bisa menjadi jendela untuk mencari informasi mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk mengakses materi pelajaran, berbagai tayangan yang berisi berbagai macam tutorial yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan demikian gadget bisa bermanfaat sebagai jembatan pendidikan lintas generasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar